Ticker

6/recent/ticker-posts

Sejarah Singkat Candi Sadon Magetan

1. Sejarahnya
  Candi Sadon adalah sebuah candi yang terletak di Dusun Sadon desa Cepoko kecamatan Panekan, kurang lebih 40 meter sebelah timur perempatan jalan antara dusun Pandak dan dusun Sadon (pada jalan Magetan-Panekan)

  Candi ini dikalangan masyarakat lebih terkenal dengan nama “CANDI REYOG“, karena ada dua arca dan agak besar yang istilah kepurbakalaannya dinamakan “KALA” sebab bentuknya seperti reyog. Kala ini wujudnya menyerupai reman muka raksasa (Batara Kala) yang menyeramkan, mata besar melotot keluar, mulut menganga taring terbuka, dua tangan siap menerkam, sedang dua makara menghias di kepala, sehingga disebut juga KALA MAKARA. Jadi disebut Candi Reyog, semata-mata karena ada dua Kala Makara yang bentuknya seperti kesenian reyog (kepala harimau dan merak).

 

 

  Namun pada tahun 1966, candi tersebut mengalami kerusakan total, karena ulah pemuda-pemuda KAMI/KAPI yang dengan sengaja merusak.
  Pada Tahun 1969 dengan dipelopori oleh Sdr. Sutaryono Ba, yang tugas dinas hariannya sebagai Kepala Kantor Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Magetan berupaya mengadakan perataan kembali area-area yang dimaksud, bersama-sama dengan masyarakat setempat dan akhirnya terbentuklah wujud candi yang tersusun seperti yang ada sekarang ini.

 

 

 

  Pada tahun 1973 diadakan pendataan dan penelitian oleh Sdr. Drs SORCIPTO dan Sdr SUWARDI Ba, dan dijelaskan sebagai berikut :
A) Asal candi ini adalah merupakan sebagian reruntuhan candi, dan diperkirakan disekitar lokasi tersebut masih ada bagian-bagian area lain yang masih terpendam.
B) Benda-benda peninggalan yang masih terlihat dalam candi ini antara lain :
  1. Kala
  2. Naga
  3. Batu bertulis (isi tidak jelas)
  4. Tantri (potongan ceritera binatang)
  5. Umpak
  6. Yani
  7. Antefik (bagian sudut candi)
  8. Area-area kecil
C) Benda-benda tersebut diperkirakan peninggalan Hindu pada jaman MOJOPAHIT.
  Selain poin tersebut, masih ada seberkas informasi lainnya tentang keberadaan candi Sadon.
  Pada tahun 1933 Dr. Van Enoch, seorang Archeologi bangsa Belanda mengadakan suatu penelitian. Hasil atau kesan-kesan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Tempat tersebut (Candi Sadon), adalah tempat ameng-amengnya Prabu Erlangga
  2. Candi atau arca yang ada sekarang ini hanya sepertiga dari bangunan candi yang sebenarnya.
Dengan adanya dua pendapat yang berlainan tersebut diatas, maka sangat perlu adanya penjelasan yang positif tentang sejarah Candi Sadon dari ahli sejarah kepurbakalaan. Dengan harapan Bapak Kepala Bidang Kepurbakalaan Propinsi Jawa Timur, semoga dapat memberikan penjelasan yang selengkapnya.
  Data-data pendukung :
A) . Ukuran tanah :
  1. Lebar depan (utara) = 10, 6 meter
  2. Lebar belakang (selatan) = 6,7 meter
  3. Panjang sebelah timur = 7,0 meter
  4. Panjang sebelah selatan = 6,5 meter
  5. Pendopo = 6,7 x 5 meter
B) Status Pemilikan : oleh Pemerintah yang dikuasakan langsung Kepala Bidang Kepurbakalaan di Trowulan.
C) Pemeliharaan :
  1. Juru Kunci : Sdr. Sarnu. TR (pegawai negeri yang digaji langsung dari Trowulan)
  2. Juru Kunci pembantu dari desa : Sdr. Nulyadi
  Tahun 1975 bertepatan saat lomba desa Cepoko panitia lomba desa sempat mengekpus keluar dan mempromosikan Candi Sadon ini melalui foto sampul depan buku Risalah lomba desa.
  Akhirnya Bapak Patih SOEBOWO dan Bapak Bupati Magetan saat itu (DJAJADI) berkenan menyempatkan meninjau lokasi Candi Sadon tersebut. Sehingga pada tahun 1984, oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan dibangun sebuah “PENDOPO” yang fungsinya sebagai tempat istirahat, dan sebagainya.
  Pada tahun 1985, seorang mahasiswa Archeologi dari negeri Belanda mengadakan riset ke komplek Candi Sadon dalam rangka KKN. Beliau mengatakan bahwa Candi Sadon ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit terakti, mengingat di sekitar Candi banyak ditemukan batu bata ukuran besar (30×30 cm), dengan ketebalan 10 cm.
2. Ceritera terjadinya nama : SADON
  Dinamakan Candi Sadon karena lokasinya terletak di dukuh Sadon. Menurut keterangan para sesepuh (orang-orang tua) di Dukuh Sadon mengatakan bahwa : kata SADON berasal dari SAD dan DON.
  • Kata SAD berasal dari kata : ASAD
  • Kata DON berasan dari kata : PADUDON
Jadi kata SADON berasal dari : ASDDING PADUDON, yang artinya habisnya perselisihan / pertengkaran / permusuhan / peperangan. Sehingga sudah tidak ada lagi kekacauan dan yang ada tinggal : KETENTERAMAN.
  Disamping itu masih ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa : kata SADON berasal dari kata SADU dan akhiran an menjadi SADUAN, yang kemudian berubah menjadi SADON. Adapun pengertiannya :
  • SADU berarti tenteram.
  • SADUAN berarti tempat yang tentram.
Pada Candi Sadon terdapat prasasti sebanyak tiga buah yang berbunyi :
  1. a – pa pa – – ka – la
  2. sa da pa kra – ma
  3. ba da sri – pa ja – ba da – ka – la
Ditinjau dari segi paleografinya, prasasti ini sejaman dengan prasasti dari dusun Tledokan (kecamatan Benda), yaitu pada masa Kediri. Huruf-hurufnya berbentuk : BLOK / kwadrat.
  Dari pelajaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa candi Sadon tersebut lebih condon kalau peninggalan jaman Erlangga. Sebab Kediri adalah sebagai kelanjutan dari kerajaan Kahuripan (dan Erlangga sebagai rajanya)
3. CERITERA RAKYAT DAN KEYAKINAN MASYARAKAT
 
  Menurut keyakinan masyarakat disekitar candon menyebutkan bahwa Candi Sadon atau Cando Reyog,ditunggu oleh penjaga roh halus yang bernama “DADUNG KAWUK”, yang dalam ceritera pewayangan sebagai penggembala kerbau siluman MAESADANU. Hal ini diperkuat dengan adanya peternak kerbau / lembu di desa Sadon (Cepoko) saja terdapat arca lembu 4 (empat) buah. Hanya sayangnya yang tiga buah telah hilang kepalanya, hal ini terjadi pada tahun 1966.
  Pada tahun 1989, arca lembu yang letaknya di sebelah timur komplek candi Sadon pernah dicuri orang. Selama arca lembu tersebut belum diketemukan, lembu-lembu yang ada disekitarnya berubah menjadi liar (“Galak” dalam bahasa Jawa).
  Candi Sadon juga dinamakan Candi REYOG, karena pada candi Sadon terdapat arca pokok yang menyerupai reyog (“barongan” dalam bahasa Jawa).
  Pada tahun 1992, candi Sadon ditinjau dari Team penilaian lomba pendidikan (KUN) tingkat Jawa Timur. Pada waktu itu diadakan pentas Reyog. Para penonton banyak yang duduk di batu-batu arca candi. Akhirnya penonton digaduhkan oleh seseorang yang naik pohon andong setinggi 2,5 meter sedang garis tenga batangnya hanya 3 cm. Namun demikian batang endong tersebut tidak tumbang meskipun yang naik batang tersebut badannya cukup besar dan tinggi. Kemudian pimpinan Reyog menghimbau agar para penonton tidak duduk pada batu-batu arca. Setelah itu, pemanjat pohon tersebut turun dengan perlahan-lahan. Itulah suatu pertanda bahwa sebetulnya Sadon masih mempunyai kekuatan magic.
4. FUNGSI
  Masyarakat sekitar Candi Sadon berpendapat bahwa Candi Sadon masih mempunyai kekuatan gaib. Oleh sebab itu, mereka menggunakan Candi Sadon sebagai tempat syukuran / selamatan, dengan harapan agar Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kenikmatan lahir dan batin agar tidak ada mala petaka terhadap rakyat Sadon dan desa Cepoko pada umumnya. Lebih-lebih bila ada orang punya hajad mantu, mereka pasti mengadakan sesaji di candi Sadon, dengan harapan agar mempelai berdua tidak menemui mala petaka. Bahkan banyak pula orang-orang dari luar desa Cepoko yang datang di Candi Sadon untuk syukuran / selamatan, atau datang untuk mengadakan semedi, dan lain-lain. Tergantung keperluan / kebutuhan manusia.
  Dengan fungsi yang demikian, maka Candi Sadon terpaksa dibuka selama 24 jam. Siang hari dilayani oleh Juru Kunci : SUDIRO, sedang malam hari dilayani Sdr. Mulyadi yang rumahnya kurang lebih sekitar 100 meter sebelah timur candi Sadon.
Sumber Foto :
Pengamatan Langsung dari kunjungan KOBAMATA (Komunitas Blogger SMASA Magetan)
Sumber Referensi :
Sejarah Singkat Candi Reyog – Desa Cepoko Kecamatan Panekan” yang disajikan Dalam Rangka Lomba Karya Utama Nugraha
NB : Di ambil seutuhnya dengan sedikit perubahan
Program : Pendidikan dan Kebudayaan


from Halo Dunia http://ift.tt/2lK9sbn
via IFTTT

Post a Comment

0 Comments